From Twilight Zone to Ikhlas Zone (penjelasan buat John Terro)
Aku bukan mau ngrasani (ngomongin) John Terro loh. Ini penjelasan. Berhubung aku sempet nulis di blogku terus aku hapus. Eh, ternyata dia sempet ngelacak juga tulisanku yang judulnya "John Terro, imajinasi yang mana?", ada 8 komentar.John Terro tulis di blognya tulisanku itu dikasih bulatan merah (metodenya pake Screenshot, kayak tulisan Yenni Hamida) seakan-akan nanya "apaan nih, ngomongin aku, aku belum komen kok udah dihapus".
Jadi gini loh John, di tulisan berjudul "Twilight Zone" kamu komen "Imajinasinya terlalu tinggi". Jadi aku bales lewat postingan berikutnya berjudul "John Terro, imajinasi yang mana?".
Ternyata pada perkembangannya aku mengalami titik balik, dan memutuskan untuk menghilangkan tulisan bernada emosi. Ini kutulis di Turning Point.
Sampe segitunya yah. Ya iyalah... Waktu aku nulis Twilight Zone, aku lagi ngamuk besar. Ada banyak flashback yang bikin aku marah. Dan saat ngeliat flashback itu aku merasa jiwaku seperti masuk dalam kesesatan (kalo di Harry Potter kayak dapat kecupan dari Dementor).
Akhirnya muncul juga cahaya (bukan berbentuk rusa kayak Harry Potter pokoknya cahaya aja), dari kakek Safira dan Safitri pihak ayah. Setelah cahaya kakek yang bijak dan berusaha menjalankan Islam secara lurus itu muncul, halusinasi kegelapan menghilang. Syukur Alhamdulillah...
John Terro anggap aku berimajinasi, aku anggap halusinasi. Apapun itu sudah lewat, udah tenang. Mencoba bersikap lebih tenang lagi dan ditutup halusinasinya, mending mikirin yang aku bisa lakukan untuk hari ini demi masa depan.
Tidak mau masuk Twilight Zone lagi. Sekarang berusaha masuk ke Ikhlas Zone, dan terus intropeksi diri. Begitulah...
Terima kasih ceritanya .. salam kenal
ReplyDeleteanggap aja buat motivasi hehehehe
ReplyDeletesemoga belajar ikhlasnya sukses Mi!
ReplyDelete@ Cerita Melayu, salam kenal juga. Udah aku follow blognya
ReplyDelete@ Brigadir Kopi, yah begitulah. Masa-masa sulit sudah berlalu. Mempersiapkan diri agar lebih bisa menghadapi yang lebih sulit lagi
@ Gaphe, iya sih, belajar ikhlas terus
ya ya ya ... saya memahami itu mbak
ReplyDeletesaya minggu2 ini juga jadi ababil (ABG labil, hahaha) bawaannya mutung dan marah2 aja
maklum lah mbak, Laila tidak menemaniku lagi
ini semua gara2 orang yang iri dengki sejak nenek moyangnya dulu ke keluargaku
entah mengapa ternyata ada aja orang yang kayak gitu di dunia lagi
lebihnya, dia adalah tetangga samping rumah yang dulu bermuka sok abik, tapi hatinya iri dengki
tapi sekarang udah aku tutup akses untuk masuk ke rumahku dan bercakap dengan keluargaku
orang lain mau bilang apa, aku ga peduli
yang penting barang ga hilang lagi
*ups, malah curhat :D
gapapa kan mbak
@ John, gak papa. Siapa tau ntar bisa sekolah ke Jepang. Beli Macbook Air, IPhone, IPad. Asal tetap digunakan untuk hal yang bermanfaat bukan yang gak bener aja...
ReplyDeletewaaaah namaku disebut juga nih... :D
ReplyDelete@jon: oalaaah...
@Ami: semoga saja mbak
ReplyDelete@YeN: karena kamu adalah temanku, makanya disebut-sebut tuh, hahah :D