Cuplikan tulisan Imam Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali
Imam al-Ghazali mengungkap kejadian uzlah di al-Munqidz min al-Dlalal bab Thuruq al-Shufiyah"Lalu kualihkan tatapanku ke jalan para sufi. Kuketahui ia tak dapat dilintasi ke ujungnya tanpa ajaran dan amalannya. Dan bahwasanya inti ajarannya terletak pada pengendalian nafsu badaniah dan kebersihan dalam membersihkan watak-watak jahat dan sifat-sifat keji, hingga hati bersih dari segalanya kecuali Allah. Dan makna pembersihan ini adalah makna zikrullah, yakni mengingat Allah dan mencurahkan segala pikiran pada-Nya.
Bagiku kini ajarannya lebih mudah ketimbang amalan-amalannya, maka mulailah kupelajari ajaran mereka dari berbagai kitab dan tuturan para syekh mereka, hingga kuperoleh jalan mereka dengan belajar dan menyimak, dan dengan jelas kulihat bahwa hal-hal paling ganjil pada mereka tak dapat dipelajari, melainkan melalui pengalaman, ekstasi dan perubahan batiniah. Yakinlah aku bahwa kini telah kuperoleh semua pengetahuan tasawuf yang bisa dicapai melalui belajar. Selebihnya tiada jalan kepadanya melainkan dengan mengikuti kehidupan para sufi.
Setelah itu, kulihat diriku sebagaimana adanya. Segenap pamrih duniawi melanda diriku. Bahkan pekerjaanku sebagai guru pun, tampak sia-sia dan tiada manfaat ukhrawi, manakala kuperhatikan tujuannya aku melakukan itu bukan demi Allah, tetapi untuk kemegahan dan reputasi. Kusadari bahwa diriku berada di tepi jurang dan nyaris jatuh ke api neraka jika tak segera kuperbaiki jalan-jalanku. Sadar akan ketidakberdayaan, seraya mengerahkan segenap kemauan, kucari perlindungan kepada Allah, ibarat orang dilanda kesulitan tanpa berdaya lagi. Allah mengabulkan doaku, dan memudahkan aku berpaling dari kemasyhuran, kekayaan, istri, anak-anak, dan sahabat".