Tidak bisa menghindar dari takdir Allah
Kejadian-kejadian dalam hidupku membuatku merenungi soal takdir Allah. Manusia tidak bisa menghindar dari kejadian yang membuatnya sedih, senang, rejeki dan kematiannya.Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (air mani) kemudian berbentuk segumpal darah dalam waktu yang sama lalu menjadi segumpal daging dalam waktu yang sama pula. Kemudian diutus seorang malaikat kepadanya lalu ditiupkan ruh padanya dan diperintahkan dengan empat kalimat/perkara: ditentukan rizkinya, ajalnya, amalannya, sengsara atau bahagianya.” (HR. Al-Bukhari no.3208 dan Muslim no.2643 dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
Bagaimana tidak, lama tidak ketemu seorang sahabatku yang waktu kuliah aku sering sharing sama dia, tiba-tiba dia seperti melihat wajahku waktu di Mekah (sahabatku ini bekerja di travel biro haji dan umroh). Akhirnya dia mengontak aku dan aku minta dia mendo'akan aku bisa berangkat haji kalo dia berangkat haji atau umroh.
Atau tiba-tiba ada sahabat lama menawarkan mengantar aku mau ke bandara, sempat mentraktir lasagna di Pizza Hut dan mendo'akan supaya aku selamat sampai di Jogja. Aku sms dia mengucapkan terima kasih, dan jawabnya, waktu Ramadhan aku berdo'a dan melihat wajahmu, jadi aku memutuskan untuk menemuimu saat kamu ke Jakarta, eh bisanya kok pas jadwal kepulanganmu ke Jogja jadi sekalian antar ke bandara. Ini ada ceritanya di postinganku Serasa honeymoon.
Tapi kejadian paling bikin aku shock adalah waktu Merapi meletus dan aku seperti mendapat bisikan dari gunung Merapi yang menyuruhku ke Bogor. Gunung Merapi seperti berbisik kepadaku "berangkat ke Bogor sana, aku sudah meniup abu vulkanik sampai ke Bogor". Abu Merapi sampai ke Bogor tanggal 5 November 2010. Dan Alhamdulillah semua dimudahkan oleh Allah perjalanku ke Bogor untuk menemui Safira dan Safitri saat itu.
Jadi bagaimana mensikapi takdir yang menyedihkan dan menyenangkan? Bersabar dan bersyukur. Mudah diucapkan, tapi tidak mudah untuk dilaksanakan, paling tidak diusahakan. Sudah banyak kejadian mengagetkan yang membuatku menangis (banyak di tulisanku blog sebelumnya, jadi tidak usah diceritakan lagi).
Saat sedih kita supaya tetap bersabar, tidak membalas, dan banyak berdo'a minta petunjuk Allah. Lebih baik ditambah sedekah dengan ikhlas, karena Allah akan memudahkan urusan seseorang di dunia dan akhirat bagi yang mau membantu orang lain yang sedang dalam kesulitan di dunia.Saat masalah teratasi banyak-banyak bersyukurlah. Seandainya kita rajin bersyukur maka Allah akan memberi nikmat hidup lebih banyak lagi...
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
“Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Sesungguhnya semua perkaranya adalah baik dan tidaklah hal ini dimiliki oleh seorangpun kecuali oleh orang mukmin. Jika dia diberi kenikmatan/kesenangan, dia bersyukur maka jadilah ini sebagai kebaikan baginya. Sebaliknya jika dia ditimpa musibah (sesuatu yang tidak menyenangkan), dia bersabar, maka ini juga menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim no.2999 dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu)
yup, hadist terakhir itu yang membedakan antara orang mukmin dengan orang selainnya :)
ReplyDelete@ John, yang aku pelajari, orang mukmin adalah yang mempercayai sepenuhnya dari rukun Iman. Menyerahkan jiwanya, mau mengorbankan segala miliknya.
ReplyDeleteItu proses tidak mudah, saat tergeletak tak berdaya. mencoba menghubungi orang-orang dan tidak ada yang mau menolong, tidak mampu, tidak punya waktu, atau merasa tidak sanggup.
Setelah bersabar berbulan-bulan dalam kesendirian mendekatkan diri pada Allah, tiba-tiba banyak yang menawarkan bantuan.
Hanya saja, tetap berhati-hati, bila terbuai dengan bantuan, menganggap karena bukan dari Allah, bisa akan terpuruk lebih dalam.
Selalu merendahkan diri di hadapan Allah, bahwa sebetulnya manusia bukanlah apa-apa tanpa bantuan Allah...