Di gedung inilah nasib bangsa ini pernah diperjuangkan
Sebuah gedung berlantai dua, di sudut sebuah gang di kota Jogja, yang tidak kentara dari jalanan. Saksi bisu dari salah satu bagian perubahan bangsa Indonesia yang disebut reformasi. Dulu saat seorang Presiden yang telah begitu lama bertengger menjadi Kepala Negara enggan untuk mundur. Lalu terjadi sebuah revolusi, gedung DPR/MPR di Senayan diduduki oleh mahasiswa dalam arti yang sebenarnya. Para mahasiswa ini duduk di atap gedung yang melambangkan sayap garuda.
sumber dari sini
Akhir 80an, seorang dosen yang berpandangan kritis tentang politik mengumpulkan sahabat-sahabatnya untuk bersama-sama menyatakan pandangan politiknya. Perjuangan yang berat, saat itu banyak berkeliaran petrus atau penembak misterius. Walaupun petrus lebih banyak menembak preman, tapi tak sedikit orang yang menentang kebijakan penguasa dibungkam dengan berbagai cara. Dosen ini telah diberi peringatan bahwa akan ditutup aliran dana ke keluarganya bila tetap bicara vokal tentang kebijakan pemerintah, tapi beliau tidak gentar. Istri beliau menyokong penuh, bersedia akan berjualan apa saja demi kelangsungan hidup keluarga mereka.
Di gedung berlantai dua inilah, dikumpulkan temen-teman cendekiawan yang juga kritis dari berbagai bidang ilmu, tidak hanya ilmu politik saja. Seminggu sekali ada konperensi pers, makan siang bersama wartawan disertai kritikan kepada pemerintah. Tentang pengelolaan kekayaan alam bangsa Indonesia yang lebih banyak mengalir ke luar negeri dan dikuasai sekelompok pejabat saja. Kongkalikong antara pejabat partai berkuasa dengan perusahaan asing. Kritikan yang dianggap angin lalu oleh penguasa yang beranggapan rakyatnya bisa diam bila bahan pangan bisa dibeli dengan murah padahal hutang negara menumpuk.
Setelah reformasi, apa yang terjadi? Tidak banyak perubahan berarti, dan kali ini perjuangan para ulama berusaha menggerakkan agar bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam kembali untuk berdoa. Setelah begitu banyak eksekutif muda bersekolah tinggi, selera makanan, selera baju juga tinggi, tapi lupa caranya berdoa. Mereka sibuk berkeliaran di mall, restoran mahal, kadang menggrundel sebentar karena proyek mengharuskan ada jatah suap bagi pejabat terkait. Tapi akhirnya merekapun melupakan untuk berdoa bagi negara ini, karena disibukkan dengan urusan perut, bukan makan apa, tapi makan yang enak dimana tidak peduli berapapun harga yang mesti dibayar.
Sekarang gedung berlantai dua di sudut gang ini telah menjadi perpustakaan. Bagaimanapun juga perjuangan tidak akan pernah berhenti. Tidak cukup hanya dengan berteriak lantang mengkritik kebijakan pemerintah, tapi juga membutuhkan doa. Karena terlalu banyak hati yang sudah mati, lupa cara untuk berdoa. Orang lebih nyaman berada di mall yang dingin, bukan berada di masjid ataupun tempat peribadatan agama lain berdoa untuk menyejukkan hati. Berdoa agar bangsa ini dipimpin oleh pemimpin yang memikirkan kepentingan rakyat, bukan hanya untuk pribadi dan golongan…
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Cermin Blogger Bakti Pertiwi yang diselenggarakan oleh Trio Nia, Lidya, Abdulcholik.
Sponsored By :
semoga beruntung mbak, yang gambar pertama gambar apa ya mbak?
ReplyDeletegedung PPSK, Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan. Sebelum PAN jadi, pak Amien Rais bikin rapat di sini. Bagian dari sekolah tempat aku ketja Jeng. Ah... gak tau ya, apa penjelasannya kurang lengkap. Bisanya nulis segini juga udah mati-matian, hahaha...
ReplyDeleteOwh itu PPSK toh namanya, Itu sebelum PAN ada? berarti pas Partai masih Gokar doank ya? sayang memang karena banyak bangunan bersejarah yg mulai dilupakan... dan parahnya lagi aku setuju, banyak masyarakat kita yg lupa caranya untuk berdoa, dan justru lebih suka mengkritik negaranya tanpa solusi apapun.. :)
ReplyDeletemoga menang ya Mbak.. :)
sedih memang melihat nasib bangsa inii. :(
ReplyDeleteSemakin parah deh ya, haduuuh haduuuh.. Semoga gedung itu menjadi saksi untuk berbica kepada negeri *halah* B)
ReplyDeleteBaru tau klau PPSK itu adalah nama sebelum PAN hehehe...
ReplyDeleteSemoga menang Kak di kontesnya...
harusnya di ruangan itu sekrang diadakan rapat lagi
ReplyDeletesudah masanya reformasi dibubarkan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan
bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.love,peace and gaul.
ReplyDeleteTerimakasih atas partisipasi sahabat dalam kontes CBBP
ReplyDeleteArtikel sudah lengkap...
Siap untuk dinilai oleh tim Juri....
Salam hangat dari Jakarta....
reformasi, salah satunya menghasilkan demokrasi, sayang negara kita belum siap sepenuhnya untuk menerima sistem tersebut sehingga banyak kekacaoan disemua bidang.
ReplyDeleteberdoa hukumnya wajib, tapi berbuat sesuatu demi kebaikan bangsa itu juga perlu..
ReplyDeleteberkarya semampu kita mungkin itulah yang harus dilakukan, ketimbang cuma diam berpangku tangan. bahkan apatis terhadap keadaan
Mari sama2 berdoa untk negara kt tercinta supaya rakyat nya makmur,pemimpin nya adil,wakil rakyat nya gak korupsi,serta bnyk peluang pekerja'an supaya rakyat indonesia tdk lg bekerja di luar negeri jadi buruh kasar dan babu.ercinta supaya rakyat nya makmur,pemimpin nya adil,wakil rakyat nya gak korupsi,serta bnyk peluang pekerja'an supaya rakyat indonesia tdk lg bekerja di luar negeri jadi buruh kasar dan babu.
ReplyDeletedosen itu pak Amien Rais ya mbak??
ReplyDeleteterima kasih atas partisipasinya , salamkenal juga mbak Ami
ReplyDeleteterima kasih atas bagi ilmu nya, jd tau gedung t4 awal mula pak amin rais menyuarakan reformasi,
ReplyDeletetp koq sprtinya bangsa kita jalan dit4 yah reformasinya...
korupsinya, kpk nya, nazaruddin nya
oh ini buat lomba toh aku pikir emang sengaja posting sejarah gini
ReplyDeletesemoga menang mbak ami :D
waaaaaah......
ReplyDelete