"Kampus" dugem Afriyani
Sumber dari Republika. PressmartKisah di balik tabrakan maut
"Sekolah dan kampus" penikmat Narkoba
Tersangka penabrak 12 pejalan kaki di Jalan MI Ridwan Rais, Afriyani Susanti, ternyata baru saja melakukan aktivitas di `sekolah dan kampus' sebelum melakukan aksi mautnya pada Ahad (22/1). Perempuan tambun berusia 29 tahun ini bersama tiga rekannya berada di `sekolah dan kampus' sepanjang malam.
Menurut Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Nugroho Aji, Afriyani yang mengendarai Daihatsu Xenia hitam bernopol B 2479 XI sejak Sabtu (21/1) pukul 20.00 WIB malam, berangkat memenuhi undangan pesta pernikahan seorang teman ke Hotel Borobudur. Selanjutnya, pada pukul 22.00 WIB, Afriyani bersama rekan rekannya mengendarai beberapa kendaraan untuk mengawali tur kehidupan malam nan glamor di sebuah kafe di Kemang, Jakarta Selatan. “Berdasarkan pengakuan mereka, di Kemang hanya berpesta minuman keras,“ kata Nugroho.
Dari sinilah Afriyani dan rekannya mulai `sekolah'. Bagi para penikmat dunia malam, `sekolah' adalah tempat menikmati hiburan malam di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Sedangkan, `kampus' adalah tempat-tempat hiburan malam di `mabes polri', yakni akronim dari Mangga Besar, pojok belok kiri.
Bar Shy Rooftop salah satu tempat favorit para pelajar yang hendak `sekolah' malam di kawasan Kemang. Masih ada tempat-tempat lainnya yang menjadi tongkrongan para pelajar di Jakarta, seperti Venue Dine and Lounge, Tipsi Cafe, The Green Cafe, Belarosa Club, Barcode Club, Kemang Village, dan Hotel Grand Kemang.
Kawasan Kemang kini memang menjadi salah satu kawasan pusat kehidupan malam di Jakarta yang ramai dikunjungi para insan malam. Berbagai macam hiburan malam ramai di sini, seperti kafe, diskotek, klub, karaoke, restoran, juga dilengkapi fasilitas minimarket.
Daya tarik kawasan Kemang menjadi tempat tujuan wisata malam yang lain yakni karena suasana dan tempatnya seperti berada di kawasan Kuta dan Legian, Bali. Keberadaan banyak bangunan kafe, diskotek, klab, karaoke, dan restoran menampilkan arsitektur yang unik dan modern.
Bagi para penikmat clubbing, kawasan Kemang adalah tempat pemanasan dan selanjutnya mereka menuju ke 'kampus', istilah tempat dugem yang buka 24 jam. Tidak seperti 'kampus', 'sekolah' di kawasan Kemang lebih tertib aturan, yakni beroperasi pukul 19.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB. Ada 'sekolah' nakal yang tutup sampai pukul 04.00 WIB, seperti Venue Dine and Lounge, Tipsi, dan The Green Cafe.
Clubbing di kawasan Kemang hampir seluruhnya menyajikan progress music, bercampur electropop. Para pe nikmat dugem mengistilahkannya sebagai musik selatan.
Beberapa waktu lalu, Republika menyambangi tiga tempat hiburan malam yang cukup ramai dikunjungi clubbers di kawasan Kemang, yakni Venue, Tipsi, dan Barcode Club. Di ketiga tempat ini, clubbers wanita tidak dikenakan biaya tiket.
Barcode Club memanjakan clubbers dengan sajian musik dan berbagai jenis minuman keras (miras) mahal. Untuk satu botol miras termurah merek Tequilla, Chivas Regal seharga Rp 800 ribu dan Rp 1,5 juta, serta yang termahal bisa mencapai harga Rp 10 juta per botol, yakni jenis Cognac dan The Macallan. Tempat yang banyak dikunjungi pelajar dan anak baru gede (ABG) yakni Venue Dine and Lounge dan Tipsi Cafe. Di dua tempat ini pengunjung pria dikenakan biaya masuk sebesar Rp 50 ribu. Miras berbagai merek menjadi menu utama untuk mengiringi joget di lantai.
Jangan berharap mendapat sabu dan ekstasi karena tidak dijual bebas. Hanya orang-orang yang sudah punya jaringan yang bisa mendapatkan sabu dan ekstasi. Sabu dijual Rp 100 ribu per paket kecil dan ekstasi Rp 250 ribu per butir.
Setelah kafe tutup pada Ahad (22/1) pukul 02.00 WIB dini hari, Afriyani dan rekanrekannya dengan satu kendaraan melanjutkan perjalanan menuju surganya dunia hiburan malam di klub Stadium.
Berdasarkan pengakuan, di 'kampus' Stadium mereka nge-room, istilah untuk menyewa sebuah ruangan, dengan mengonsumsi sabu dan ekstasi. Itu dilakukan sambil menikmati musik electropop dengan sentuhan house music dan progress music.
''Hasil tesnya positif, mereka memakai sabu, ekstasi, dan minum-minuman keras,“ ujar Nugroho. Dia menambahkan, sabu dan ekstasi mereka beli di Stadium. Selain ekstasi, seorang di antara tersangka mengaku mengisap ganja dari pemberian seorang teman.
'Kampus' idola bagi clubbers, yakni Stadium, Millenium, Crown, dan Exotic. Dari semua 'kampus' di seantero Jakarta, Stadium menjadi tujuan akhir yang cukup populer bagi para clubbers kawakan maupun pemula. Di 'kampus' ini juga kerap ditampilkan pesta seks dan minuman keras, serta adanya peredaran narkoba jenis sabu dan cece, istilah untuk inex atau ekstasi. Sudah tidak menjadi rahasia lagi kalau sabu dan cece di Stadium berkualitas bagus dengan harga Rp 300 ribu per butir.
Hal itu pulalah yang menjadi daya tarik para penikmat dugem 'ngampus' di sebuah ruko berlantai empat di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Barat ini. Stadium tidak pernah sepi dari kunjungan para penikmat dugem. Stadium sudah buka sejak pukul 14.00 WIB. Pengunjung dikenai biaya masuk pada akhir pekan Rp 100 ribu per orang dan pada hari biasa Rp 50 ribu per orang. Biaya masuk itu sudah termasuk bonus satu botol kecil minuman mineral. Suasana di dalam ketika akhir pekan sangat penuh sesak.
Di tempat itu, ekstasi laku bak kacang goreng seharga Rp 100 ribu. Mengonsumsi ekstasi harus dengan air mineral bermerek Stadium yang dijual seharga Rp 30 ribu. Sesekali terlihat beberapa pengunjung wanita terjatuh dan digotong keluar karena overdosis.
Afriyani dan tiga rekannya juga menenggak minuman keras di tempat itu. Mereka semakin kenceng, istilah pengguna narkoba yang sedang mabuk berat dengan terus bergoyang mengikuti dentuman musik. Mereka berada di Stadium sampai tutup, pada Ahad (22/1) pukul 10.00 WIB.
Selanjutnya, tersangka yang bekerja di sebuah rumah produksi ini mengambil posisi mengemudi mobil, bersama tiga rekannya. Mereka berencana bertolak kembali ke Kemang untuk mengambil mobil yang ditinggal.
Tanpa sadar, Afriyani telah memacu kendaraannya hingga kecepatan 100 kilometer per jam di Jalan MI Ridwan Rais yang cukup ramai oleh masyarakat yang beraktivitas. Sampai akhirnya ia tersadar telah menjadi penebar maut.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Kombes Rikwanto mengatakan, tragedi maut yang menewaskan sembilan orang bukan musibah biasa. Penyebabnya adalah pengaruh narkoba yang membuat badan menggigil dan bertahan tidak tidur semalaman.
Selain itu, halusinasi mendengarkan musik yang berlebihan juga menjadi penyebab utamanya. Afriyani kehilangan kendali atas mobilnya. Polisi telah menetapkan Afriyani dan tiga rekannya sebagai tersangka dalam kecelakaan maut dan penggunaan narkoba. Ketika polisi memeriksa Afriyani, dia tidak memiliki SIM dan STNK. Afriani mendapat ancaman hukuman berlapis. ''Kepolisian juga akan memburu pengedar narkoba di Stadium,'' ujar Rikwanto.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta Effendi Anas mengatakan, pihaknya akan melakukan investigasi ke kedua lokasi tempat hiburan yang pernah disinggahi Afriyani dan tiga rekannya. “Khusus untuk investigasi awal, kami akan melakukan di diskotek dan kafe yang sempat dikunjungi Afriyani,“ ujar Effendi, Selasa (24/1).
Investigasi ini juga berlangsung di beberapa tempat serupa di Ibu Kota. Effendi menuturkan, untuk kafe atau diskotek lainnya, penyelidikan ataupun investigasi lebih pada tindak pelanggaran jam operasional tempat hiburan malam.
Tempat hiburan malam di Ibu Kota hanya boleh beroperasi hingga pukul 02.00 WIB.
Sedangkan, khusus untuk Sabtu malam, waktu operasional dibatasi hingga pukul 03.00 WIB. Beberapa diskotek dan kafe di Jakarta memang ada yang melanggar aturan ini.
Innalillahi ya mbak...
ReplyDeleteKasian korbannya Afriyani T.T
kalo nggak salah di berita lain, dia itu sutradara film yak? banyak duit, menghamburkan dengan berpesta. payah anak jaman sekarang, ke makan pergaulan yang salah.
ReplyDeleteseharusx PEMDA setempat & pihak keamanan hrs sering2 merazia tmpt tersebut, atw sekalian ditutup aja tempatx.. *smile
ReplyDeleteinilah akibat indonesia negara sekuler, pecinta dunia selalu dibela, krn uang bicara
ReplyDeleteorang hidup pakai aturan,jika tdak ya seperti itu,sruduk sana sini,...eehhee.....:)
ReplyDeleteYang aku sesalin dia Pemake
ReplyDeleteperasaan sejak dulu aparat cuman omong doang...
ReplyDeleteckckck sekolah dan kampus yang ini mah gg bikin pinter :O malah bikin bangkrut kali ya
ReplyDeleteiya...kejadian tersebut, pelajaran juga buat kita... banyak hikmah yang kita ambil dr kejadian tersebut :)
ReplyDeleteParah banget ya tant (T^T ....
ReplyDeleteDitempatku disini emang jauh banget dari yang namanya tempat diskotik...
Tapi Lapo Tuak (Tempat Minum Tuak) ada dimana-mana (T^T
baru 15 meter jalan udah ada lagi (T^T
Subhanallah..
ReplyDeletebetapa kiamat makin dekat ..
miris liat pergaulan jakarta yg hedonis spt itu :(
speechless
ReplyDeletega tau lagi mesti komen apa sama peristiwa tugu tani :(
Kemang is new lifestyle about money,aku kerja daerah situ & kadang main cie kalau diajak sama Bos
ReplyDeleteTapi itu kembali lagi ke masing2 individu mba untuk mempergunakan fasilitas di Kemang itu,selama orang'a punya prinsip hidup aku yakin kagak bakal mabok2an & drugs,walaupun kemang memang tempat paling deket & menjadi surga barang begituan
menurut aku Kemang memang tempat hiburan orang entertaiment,fashionista,bar dimana tapi overall aku kadang2 main kesitu di ajak bos aku baik2 aja mba tergantung ke attitude dari setiap person
ReplyDeletekalau orang punya prinsip hidup,aku yakin kagak bakal kena drugs,alkohol dll di kemang dll
kalau kasus'a kaya afriyani itu,dia salah menggunakan sarana & prasarana yang ada bukan di buat ke arah positif malah menjurus ke negatif
ya ampuuun.. apa-apaan itu..?? jamannya jaman edan.. hehehe
ReplyDeletengga ngerti apa maunya orang2 seperti itu..
akibat kebiasaannya, jd merugikan orang lain dan menjadi penyebab hilangnya nyawa seseorang.. huft
bubar~
ReplyDeleteramai" menganalisis satu"....
wah apal juga ya mbak sekolah2 malem dijakarta. . . . SPP nya berapaan ntu? hehehehe
ReplyDeleteso... mari kita jauhi dugem. dugem sama sekali gak keren. :D
ReplyDeletemangga besar pojok belok kiri?? haha ..baru tau aku istilah itu! Banyak ternyata tempat 'anak gaul' nongkrong ga ada manfaatnya ya?
ReplyDeletehemm,,dunia makin kacau aja,jauh dari agama.
ReplyDeletebukannya di sumbangin buat sosila gitu uangnya malah di hambur-hamburin buat barang haram.
Terjadilah tragedi tugu tani.semoga mereka sadar dan cepat bertaubat.
Kantorku dulu di Antasari dekat Kemang tapi aku nggak pernah dugem di sekolah. Kalau ada yang ngajakin pun malas. Kalau udah nggak ada kerjaan mending pulang.
ReplyDeleteKe kampus apa lagi. Kalau ada kawan yang ngajakin main malam-malam ke kota aku selalu jawab, "Nggak ah. Cape. Mau pulang saja."
Jakarta cuma gitu-gitu aja kok. Nggak mampu merubahku.
wich....yg pasti ambil aja hikham dari setiap kejadian.
ReplyDeletewah penulis wawasannya luas nih tentang dunia malam. mulai dari "sekolah,kampus,mabespolri,cece,dll" ehhehehee... piss :)
ReplyDeleteKembali lg ke personal org masing2..semoga kita selalu dlm lindungan Yang Maha Esa,supaya tdk terjerumus pada.hal yg serupa
ReplyDeletePemerintah pura2 tutup mata dan telinga.. Karena club2 di jakarta memberikan kontribusi pajak yg sgt byk....
ReplyDeleteKaloo emang mw dilarang n bener2 memberantas narkoba ya dituTup sj stadium..
Stadium mau ditutup? Belom pada ngerasain enak nya sih haha
ReplyDelete