Niat membuat akun Facebook untuk amar ma'ruf nahi munkar

January 31, 2011 Amy 0 Comments

Aku dulu pernah denger istilah amar ma'ruf nahi munkar dari ustadzku yang lulusan Al Azhar Kairo Mesir (makanya sedih banget denger berita Mesir bergejolak). Dengan pengetahuan Islam yang benar-benar minim, akhir tahun 2008 aku untuk membuat account Facebook dengan niat amar ma'ruf nahi munkar. Saat itu aku masih ada di Bogor, belajar Islam kebetulan pas materi Tasawuf.

Dari Wikipedia
Amar ma'ruf nahi munkar, al`amru bil-ma'ruf wannahyu'anil-mun'kar) adalah sebuah frase dalam bahasa Arab  yang maksudnya sebuah perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat.


Dalil Amar Ma'ruf Nahi Munkar adalah:
Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” [Luqman 17]


Jika kita tidak mau melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka Allah akan menyiksa kita dengan pemimpin yang zhalim dan menindas kita dan tidak mengabulkan segala doa kita:
Hendaklah kamu beramar ma’ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo’a dan tidak dikabulkan (do’a mereka). (HR. Abu Zar)


Amar Ma'ruf Nahi Munkar dilakukan sesuai kemampuan. Yaitu dengan tangan/kekuasaan jika dia adalah penguasa/punya jabatan. Dengan lisan/tulisan jika dia adalah jurnalis atau intelektual. Atau minimal membencinya dalam hati atas kemungkaran yang ada. Ini adalah selemah-lemah iman (Hadits).


Tulisanku di Facebook awal 2009


Kepribadian

Dulu waktu aku masih sekolah, aku dan teman-teman perempuan suka bercanda, mau cari laki-laki yang punya kepribadian, yang berarti rumah pribadi, mobil pribadi. Terus dulu ada film Catatan Si Boy, digambarkan disitu, mas Boy punya kepribadian baik hati dan tidak sombong. Sedangkan di ajang Miss Universe, pesertanya mati-matian berusaha menunjukkan kepribadian mereka ke juri, bahwa mereka cerdas, punya banyak bakat, punya kepekaan sosial, ramah, menawan, pokoknya super sebagai seorang wanita. Tapi yang aku coba bahas adalah kepribadian yang menyelamatkan kita dari dunia dan akherat, yaitu kepribadian yang Islami.


Kepribadian yang Islami itu adalah proses, not only snap your fingers. Untuk mendapatkan kepribadian Islam, resep dari Imam Ghazali untuk menyembuhkan penyakit batin bisa dipakai yaitu SABAR, ILMU, DAN AMAL. Penjelasan singkat dari sabar adalah, tabah, ikhlas dan tawakal dalam menghadapi ujian Allah. Tidak perlu menggunakan banyak emosi, diupayakan emosi selalu ditekan, karena menyakiti jiwa kita, dan kepada orang lain untuk batinnya, bahkan fisiknya. Sedangkan ilmu, tentu saja diupayakan untuk selalu belajar dan menjalankan tuntunan agama Islam. Sedangkan untuk amal, selalu sisihkan materi, waktu, tenaga, pikiran, untuk membantu orang lain yang lebih membutuhkan. Biarpun niatnya Lilahi ta'ala, tapi itu akan membuat hidup kita lebih bermakna, batin kita lebih berisi, dan Insya Allah kita juga akan mendapatkan pahala.


Selamat berproses untuk punya kepribadian yang lebih baik, syukur-syukur yang Islami. Jangan konsentrasi pada hal lahiriah saja, yang batiniah juga perlu diperhatikan.


Tulisanku tentang Safira dan Safitri waktu aku masih mengasuh mereka awal 2009


Belajar bahasa Inggris

Ini kejadian beneran saat ngobrol dengan anakku Safitri, 5 tahun.


Safitri: " Ibu, bahasa Inggrisnya ayah apa?"
Aku : "Father"
Safitri: " Kalo muka?"
Aku : "Face"
Safitri: "Kalo mata"
Aku : "Eyes"
Safitri: " Kalau jidat, bu?"
Belum sempat jawab, dia jawab sendiri,
Safitri:" Cape deeh..." (sambil pegang jidatnya) 


Tepuk anak sholeh

Anak-anakku kembar, Safira dan Safitri yang berumur 5 tahun, setelah pulang sekolah suka melakukan hal-hal yang diajarkan gurunya. Pernah mereka melakukan tepuk anak sholeh, tapi aku dengar kok sepertinya ganjil.


"Aku" prok prok prok
"Anak sholeh" prok prok prok
"Rajin sholat" prok prok prok
"Rajin ngaji" prok prok prok
"Orang tua" prok prok prok
"Sampai mati" ...


(Yang betul adalah: Aku anak soleh, rajin sholat, rajin ngaji. Orang tua dihormati. Cinta Islam sampai mati... dst )


Pada perkembangannya, secara tidak terduga aku dipisahkan dengan Safira dan Safitri. Tidak perlu diceritakan panjang lebar, fokus pada amar ma'ruf nahi munkarnya saja.

Saat aku membuka Facebook, aku berkomitmen hanya akan menulis status bersyukur, yang sedih aku tidak akan tulis. Jadi semua statusku isinya tidak jauh dari "Alhamdulillah...". Awalnya mudah, lama-lama semakin sulit. Termasuk diblokir serentetan teman yang tadinya akrab. Bahkan aku tidak tau alasannya. Ada yang nyampe di telingaku beritanya begini "aku akan menuntut Ami dengan alasan perbuatan tidak menyenangkan karena dia mencemarkan namaku" atau "aku tidak akan bicara sama Ami lagi karena bicara sama Ami bikin dosa". Ada lagi "aku muak bicara sama kamu". Nasehat bertubi-tubi "jangan bicara masalah Islam, nanti kamu tidak punya teman", "hidup itu sudah susah, ngapain dibikin susah lagi dengan aturan-aturan". Di wallku juga pernah muncul kata-kata tidak menyenangkan dari ayahnya Safira dan Safitri (tidak perlu ditulis disini).Sudah aku hapus karena dibaca oleh sepupuku yang kemudian SMS ke kakakku, terus SMS lagi ke aku.

Sampai aku pada titik kemarahan yang aku tidak pernah bayangkan sebelumnya. Dan aku bertekat, aku hanya mencari ridho Allah, tidak mencari ridho teman-teman. Dan aku tidak akan berhenti dengan menuliskan hal-hal yang baik serta bila memungkinkan menyertakan ayat Al Qur'an atau hadits. Itu saja juga masih banyak kecolongan, kadang aku menulis dalam keadaan marah (aku menyebut dalam keadaan kebakaran). Tentu saja selain menulis hal yang baik aku juga berkomitmen pada diriku sendiri untuk mengamalkan, dengan segala kelemahanku aku selalu memohon pada Allah untuk memberiku kekuatan.

Belajar untuk sabar itu tidak mudah. Dalam keadaan marah tetap harus menekan emosi, memahami orang lain, mengintropeksi diri sendiri. Akhirnya setelah mulai bisa mengatasi emosi (sekali-kali masih meledak-ledak), muncullah rasa syukur karena ini itu. Misalnya, aku beruntung tidak berteman dengan orang-orang itu. Aku beruntung karena bisa di Jogja fokus menenangkan diri belajar Islam tanpa diganggu anak-anak. Aku punya banyak waktu untuk menulis dan mengurai benang kusutku.Masih bisa makan yang aku sukai, beli baju yang aku idam-idamkan, sering ke lapangan sofbol, menyayangi anak-anak yang aku asuh di Baby Day Care. Dan mempunyai guru privat seorang wanita yang juga merangkap tempat curhatku. Tapi Safira dan Safitri masih dalam do'aku, semoga mereka dalam lindungan Allah.

Sepertinya cerita ini masih bersambung. Dan blog ini akan menjadi saksi dari ceritaku...

Allah berfirman
"Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)." (QS. Al Fath : 18)


Allah berfirman
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti ke ridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.(QS. Al Maidah : 16)


Nabi Muhammad shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda
“Seorang hamba memiliki suatu derajat disurga.Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji mencobanya agar dia mencapai derajat itu.” (HR.Athabrani)

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda 
"Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya  atau kamu akan mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan akan mendapatkan bau tidak sedapnya". (HR. Bukhari)