Keuntungan dan kerugian menguatkan keimanan pada Allah
Bismillahirrohmanirrohim. Semua yang saya tulis di blog pertama saya (yang saya lakukan dengan serius) yaitu di Mengharap ridho Allah semata adalah karena rasa syukur saya pada Allah, dan perjuangan saya untuk bisa lebih sabar. Semua berawal dari keinginan saya untuk mempelajari kata-kata yang sering kita dengar, atau kita ucapkan, kita tahu maknanya, tapi mungkin belum paham sepenuhnya bila dikaitkan dengan hadits atau ayat-ayat di Al Qur'an.Sebetulnya tadinya saya hanya ingin belajar untuk memahami Islam, dan saya mencoba bagikan ke internet supaya dibaca oleh banyak orang, siapa tahu bermanfaat bagi yang lain. Bila kebetulan ada yang mau membaca dan tulisan-tulisan di sini bisa menginspirasi untuk lebih baik, semoga Allah menjadikan apa yang saya sampaikan menjadi ilmu yang bermanfaat (bagi dunia dan akhirat). Karena amalan manusia putus setelah dia meninggal, kecuali anak sholeh yang mendo'akan orang tua, amal jariyah dan ilmu yang bermanfaat.
Kembali ke judul di atas, keuntungan dan kerugian menguatkan keimanan itu apa, saya secara tegas mengatakan kerugian tidak ada, tapi keuntungannya banyak, saking banyaknya kita tidak bisa menghitung (kalau di matematika istilahnya tak terhingga atau infinitive).
Bagaimana caranya agar meningkatkan keimanan, sederhana saja, belajar ajaran agama (akan lebih baik bila ada gurunya), dicoba pahami lalu dijalankan. Bicara yang baik, puasa, perbaiki sholat, banyak sedekah. Hasilnya (terus terang, saya masih berjuang sedikit-sedikit, masih cethek, tapi sudah mendapat banyak manfaat), hati lebih tenang, pikiran lebih terbuka, dan ada saja orang yang membantu kita (sepeda yang saya pakai sehari-hari ini adalah dari bantuan saudara, teman, setelah saya balik ke Jogja pertengahan 2009, meninggalkan Bogor dan kehilangan banyak hal termasuk sempat kehilangan jiwa saya).
Dari yang saya pahami, seseorang akan dihargai oleh Allah berdasarkan usahanya untuk memperbaiki diri, bertaubat, dan selalu intropeksi. Saat dimana orang memutuskan untuk membuka hatinya, menyisihkan waktunya untuk mempelajari dan menerapkan ajaran Islam, mau selalu meningkatkan dan konsisten. Karena saat paling menentukan adalah saat kiamat kecil kita, atau kematian. Bila kita selalu mengingat dan mendekatkan diri pada Allah, maka akan mudah kita mengucapkan nama Allah saat ajal dicabut oleh malaikat Izroil. Bila kita bisa menyebut nama Allah dengan tulus dari hati saat kita dicabut nyawanya, maka Insya Allah itulah yang disebut dengan kematian yang baik atau khusnul khotimah.
Terima kasih sudah membaca tulisan saya, saya sudah memutuskan memasrahkan jiwa saya pada Allah, hidup saya untuk mengharap ridho Allah semata. Maafkan bila ada tulisan saya yang tidak berkenan, semua kebaikan dari Allah, dan kesalahan dari saya...
Tulisan tentang kata-kata yang sering kita gunakan dalam percakapan menurut penjelasan Al-Qur'an dan hadits bisa dibaca di Mengharap ridho Allah semata
Membaca artikel2 di sini serasa menyejukkan saya. Tulisannya bagus, cuma kalau boleh saran, coba diperbanyak jeda antar paragrafnya agar pembaca tak cepat lelah :)
ReplyDeleteSalam silaturrahim :)
syukron :)
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete@ mas Darin, ma kasih sarannya
ReplyDelete@ mas Andi, jazakallah khairan katsira