Merubah perilaku negatif menjadi positif pada anak
sumber dari sini
Ada acara Parenting di sekolahanku, tempat aku bekerja sebagai pendidik. Topiknya merubah perilaku negatif menjadi positif pada anak. Diawali dengan film, suatu eksperimen di negara barat, banyak anak yang ditinggal dalam ruangan kosong yang direkam melalui kamera dengan diberi satu permen marshmallow. Dijanjikan bila marshmallow ini tidak dimakan akan diberi satu lagi. Tingkahnya lucu-lucu, ada yang menggigit sedikit, mengendus, mencubit, menjilat, atau nyanyi-nyanyi untuk melupakan ada marshmallow di depannya. Pelajaran ini adalah untuk mendidik anak supaya bisa kontrol diri, menahan diri agar bisa mendapatkan hasil yang lebih baik.
Inilah yang kemudian disebut dengan emotional quotient (EQ). Orang yang mampu menahan diri secara emosi, tetap tenang dalam situasi apapun, akan lebih berpeluang untuk sukses. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam "orang yang kuat bukan yang pandai bergulat tapi bisa menahan amarah".
Dicontohkan kalimat pada anak "kalo nonton tivi jangan dekat-dekat nanti matanya rusak" itu mengandung 3 kesalahan. Kesalahan pertama, kata JANGAN itu perintah negatif. Kedua DEKAT-DEKAT malah akan jadi ingin mendekat. Ketiga MATANYA RUSAK adalah sebuah ancaman. Kalimat yang sangat tidak efektif, lebih baik diberi tindakan ditempelkan lakbandi lantai batas mana yang pas untuk menonton tivi.
Tentunya banyak contoh hal agar bisa mengarahkan anak yang STRONG WILLED, atau berkemauan kuat agar bisa diatur. Anak berkemauan kuat banyak di jaman sekarang, cenderung untuk menolak aturan dan itu NORMAL. Perlu pandai-pandai orang tuanya mengarahkan saja. Termasuk selalu berusaha menggunakan nada rendah. Juga jangan selalu menuruti maunya anak, apalagi menyuap, tindakan yang sekiranya tidak sesuai aturan orang tua diberi konsekuensi misalnya tidak boleh menonton TV. Orang tua yang mengarahkan anak, bukan anak yang mengatur orang tua maunya ini itu selalu dituruti.
Mendengarkan semua ini buatku, wah 50 persen nangkep sudah bagus, menerapkan 20 persen sudah peningkatan. Bener-bener gak mudah. Sangat menghargai orang tua, lebih baik ibu dan bapaknya juga untuk mempelajari hal ini. Karena mendidik anak adalah tanggung jawab orangtua berdua, kalo anak bermasalah jangan saling menyalahkan.
Weiiiiits, ternyata aku sendiri banyak menggunakan kata jangan ya. Kalo bahasa Jawa jangan itu artinya sayur, jangan bayem, jangan lodeh, yang ini jangan yang itu sambel (tamu yang gak ngerti akhirnya makannya nasi sama sambel doang kirain sayurnya gak boleh dimakan :D).
Berusaha selalu mengontrol diri terhadap emosi, melatih kesabaran, akan mencapai hasil yang lebih baik. Semoga bermanfaat...
Kalau tes untuk yang dewasa gimana...? Apa sama dengan Marsmallow juga (^ ^
ReplyDeletekalau untuk orang dewasa tentu ujiannya beda, misalnya Harta, Tahta dan Wanita :)
Deletekalo nggak salah tes marshmallow ini berlanjut sampai dewasa, jadi dulu anak2 yang mampu bertahan ternyata setelah dewasa lebih sukses dibanding anak2 yang gak bisa nahan diri
ReplyDeletejangan.....
ReplyDeletengga terlalu ngefans sama jangan aka sayur :-D
terus blajar mengendalikan emosiiii
kyknya kalo aku gak nahan deh, langsung aku abisin tuh marsmallow, apalgi tar dikasih lg... hihihi... bilang aja, "boleh nemu"
ReplyDelete*halah
jangan ditiru ya...
:D
memang ga mudah merubah kebiasaan mbak :)
ReplyDeletesaya juga menggunakan kebiasaan itu untuk memancing seseorang tertarik dengan intikali
aku tinggal bilang aja ke dia "Jangan dekat-dekat dengan intikali, intikali itu sesat"
eh ... pada nyari semua tentang intikali, padahal kalo ketemu mereka bakal menyesal LOL
iya bu, ortu mesti lebih cerdas.....sekarang memang situasi sudah berubah.....disisi pengembangan perilaku, mesti ada usaha untuk berubah..disisi lain ini sudah proses (bagian dari proses alam) tidak bisa untuk menolak, seperti semakin tuanya dunia dan semakin dekatnya hari akhir....(weih kalimat terakhir ini bisa jd bahan perdebatan ^__^)
ReplyDeleteorang tua mesti berevolusi, mengikuti perkembangan jaman sesuai dengan gaya dan kebiasaan anak-anak jaman sekarang tentu saja
Deletebener mbak,apalagi kalau anak kita senengnya nonton tv,sekarang banyak acara yang tidak mendidik,kalau di larang malah ngambek,gak mau ini lah,gak mau itu lah,,ada solusinya mbak?
ReplyDeletepengendalian emosi/amarah itu yang sulit :D
pertama, orang tua kasih contoh anak kalo anak gak nonton ortu juga. kedua, pake acara tega, memang kadang nangis sebentar, atau alihkan ke kegiatan lain outdoor, jalan-jalan supaya melupakan tivi. mau nekad, sembunyikan tivi beberapa lama lalu dikeluarkan lagi kalo anak sudah tidak kecanduan. barangkalo ortunya yang kecanduan gak bisa hidup tanpa tivi. kalo acara tivi gak bagus, MATIIN TVNYA
Deleteiya mbak,maksih lo solusinya
Deletejalan-jalan juga harus ketempat yang ada unsur pendidikannya ya mbak,biar anak makin berkembang :)
Sekarang kita bercermin saja pada diri kita sendiri, bagaimana pengaruh didikan orang tua kita, yang jauh sebelum dilakukannya "riset" sebagaimana posting mbak? Apa hasilnya buat perkembangan kepribadian kita masing-masing?
ReplyDeletejaman sekarang dan dulu sudah beda jadi tidak bisa disamakan. anak jaman sekarang standarnya baju gaul ala pemain sinetron, IPad, BB... riset gak akan nyambung. Itu menurut saya
ReplyDeletebener tuh...
ReplyDeletejangan kebanyakan jangan
tapi negatif juga jangan diceburin kali sama yg negatip juga
tar malah jadi positip...
Jangan itu terlalu banyak airnya Mba (he,,,,x9), lebih baik mengarahkan sambil memberikan contoh untuk dapat ditiru dengan baik.
ReplyDeleteSukses selalu
Salam
Ejawantah's Blog
repotnya jadi orang tua... jadi berpikir buat nikah.. #ea
ReplyDeleteitu yg paling susah mba,soalnya sifat manusia kagak terlepas dari nafsu & emosional
ReplyDeletetapi menurut aku,kalau kita lebih deket sama pecipta alam ini hal tsb bisa lebih di minimalisir
iyayah.. ribet juga nih.. ngga baik kebanyakan pake kata jangan ke anak2 yg ada malah nambah penasaran.. hahaha semakin dilarang semakin jadi anak jaman sekarang mah...
ReplyDeletengga kebayang mba.. anak saya nanti jadi anak jaman apa ya?? hehehehehehe *anganangan*
kadang tanpa sengaja kita terlalu 'sering ' berkata "JANGAN" pada anak-anak...
ReplyDeleteOia, sekalian mengantarkan award semoga berkenan menerimanya http://kidungkinanthi.blogspot.com/2012/01/versatile-seven-shadow-award.html
wah trnyata kata sederhana bsa berdampak besar ya :D
ReplyDeletebisa diterapkan buat adik2ku drumah..
mksih mbak :)
andai bisa...
ReplyDeletesaya mau jd anak kecil lg...
:P
Mengubah kebiasaan mengatakan "jangan" itu susahnya bukan main. Walaupun sudah lama praktek tetapi kalau pas reflek ya yang keluar itu lagi - itu lagi.
ReplyDeletejangan kebanyakan jangan
ReplyDeletetapi negatif juga jangan diceburin kali sama yg negatip juga