Berjuanglah dengan cara cerdas dan damai #IndonesiaTanpaJIL

February 24, 2012 Amy 11 Comments

Akhir-akhir ini ribut di Twitter #IndonesiaTanpaJIL. Sebetulnya ngerti nggak sih orang-orang yang ikutan kelompok ini? Aku sendiri sampe ngedrop saat mencoba memahami tulisan di situs resmi Islam Liberal. Beberapa hari ini rasanya capek banget pokoknya. Dan aku mencoba nulis semampuku di blogku yang lain.

Pemimpin JIL sekarang, Ulil dalam tulisannya menyatakan, “Kenapa kafir tidak sekalian dijadikan menjadi manusia beriman. Kan Allah bisa Kun Fayakun”. Pendapatku, lah…. para mukmin itu banyak berjuang mati-matian untuk sabar, banyak sedekah, taat beribadah, untuk mendekatkan diri pada Allah dan beramal sholeh pada sesama. Masak perjuangan untuk intropeksi diri terus menerus gak ada artinya bagi Allah. Usaha untuk menjadi manusia sholeh tentunya ada ganjarannya dari Allah. Penjelasan dari ini ada di link #IndonesiaTanpaFPI vs #IndonesiaTanpaJIL

Surga ada tingkatan-tingkatannya, demikian juga neraka. Surga tertinggi bernama firdaus dan semua mukmin berharap bisa ke sana, paling dekat dengan Allah, tempat dimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berada. Yang jelas kita hanya berusaha berbuat baik semampu kita, soalnya siapa yang berhak ke surga adalah hak prerogatif dari Allah...

Apa bedanya mukmin dengan muslim? Mukmin adalah manusia beriman yang tidak mudah tergoda godaan duniawi. Misalnya tidak mudah tergoda wanita yang menggoda iman. Mukmin sejati juga mempunyai akhlak yang baik, salah satunya BISA MENAHAN AMARAH. Saat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, bagaimana agar masuk surga, dijawab sampai 3 kali JANGAN MARAH.

Bagaimana bila seorang muslim taat beribadah rajin sedekah suka marah-marah? Berarti masih belum menjadi seorang mukmin sejati. Karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda orang kuat bukan seorang yang pandai bergulat tapi orang yang tidak meluapkan amarahnya. Menahan amarah adalah salah satu sikap sabar. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. "inna allaaha ma'a alshshaabiriina"

Ada kisah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berperang. Saat akan membunuh musuhnya dengan pedang, musuh itu meludahinya lalu batal dibunuh. Karena perang itu ditujukan pada Allah, dan saat akan membunuh musuh bukan karena emosi semata. Seorang pejuang jihad tidak akan masuk surga bila bukan ditujukan pada Allah tapi hanya karena ingin disebut pemberani.

Perjalanan 2 tahun terakhir aku untuk belajar tentang Islam terus terang tidak mudah. Banyak godaan, banyak caci maki, banyak pemblokiran di Facebook. Bukan merasa sok suci, merasa lebih baik, aku juga masih sering marah-marah. Kadang blank, error juga. Barangkali juga sedikit membuat keluargaku takut saat aku suka membahas tentang Metafisika. Membahas tentang Indigo dan bergaul dengan mereka. Masih belum bisa melihat makhluk alam lain, hanya mulai ketularan peka, merasakan getaran tidak enak kalo ada energi negatif, dan kadang membuat aku sempet ngedrop. Tapi aku sering melakukan self healing dengan mengatur napas dan memijat sendiri titik refleksi.

Kadang suatu misteri juga tidak langsung ngerti, mengartikan sebuah mimpi aku butuh waktu setahun. Sampai saat mengerti arti mimpi itu aku diblokir blogku dan facebookku oleh sesama blogger juga. Malah yang memblokirku muslim juga, hanya karena perdebatan masalah kata “maqom”.

Semakin tinggi ilmu, bisa semakin sesat bila memaknainya pemahaman Islam semakin keliru. Ibarat polisi, hukumannya lebih berat dibanding orang awam. Tapi kenapa pencari ilmu kebenaran tentang Islam bisa tersesat walaupun mereka banyak membuat pengkajian tafsir Al Qur’an. Semua karena Iblis bisa mengarahkan mereka agar tersesat, seperti tulisan, kajian dengan bahasa tinggi yang aku sulit mengerti saat membacanya itu, lalu mereka sombong dengan pemahaman mereka sehingga hatinya tertutup.

Yang memelihara jenggot mencukur kumis barangkali merasa lebih baik dibanding yang tidak punya jenggot. Padahal seharusnya yang dicontoh pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah akhlak mulia. Tentang penampilan masalah jenggot sunnah itu karena peperangan antara muslim dan kafir bajunya sama, untuk membedakan makanya yang muslim supaya memelihara jenggot. Walaupun berpakaian mirip jaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, memelihara jenggot tapi masih suka marah-marah masih BELUM seorang mukmin sejati.

Pemahaman Islam Liberal memang berbahaya, awalnya mereka ini tasawuf non tarekat. Rambu-rambu tentang Islam mereka tabrak dengan alasan ini itu. Bagi pejuang #IndonesiaTanpaJIL, please gunakan cara cerdas, dengan kalimat sopan, bukan yang kasar atau penuh kemarahan.

Tulisan sebelum mau weekend ke luar kota… PEACE…

Sumber gambar dari Google

11 comments: