Merubah perilaku negatif menjadi positif pada anak

January 22, 2012 Amy 23 Comments

 sumber dari sini

Ada acara Parenting di sekolahanku, tempat aku bekerja sebagai pendidik. Topiknya merubah perilaku negatif menjadi positif pada anak. Diawali dengan film, suatu eksperimen di negara barat, banyak anak yang ditinggal dalam ruangan kosong yang direkam melalui kamera dengan diberi satu permen marshmallow. Dijanjikan bila marshmallow ini tidak dimakan akan diberi satu lagi. Tingkahnya lucu-lucu, ada yang menggigit sedikit, mengendus, mencubit, menjilat, atau nyanyi-nyanyi untuk melupakan ada marshmallow di depannya. Pelajaran ini adalah untuk mendidik anak supaya bisa kontrol diri, menahan diri agar bisa mendapatkan hasil yang lebih baik.



Inilah yang kemudian disebut dengan emotional quotient (EQ). Orang yang mampu menahan diri secara emosi, tetap tenang dalam situasi apapun, akan lebih berpeluang untuk sukses. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam "orang yang kuat bukan yang pandai bergulat tapi bisa menahan amarah".

Dicontohkan kalimat pada anak "kalo nonton tivi jangan dekat-dekat nanti matanya rusak" itu mengandung 3 kesalahan. Kesalahan pertama, kata JANGAN itu perintah negatif. Kedua DEKAT-DEKAT malah akan jadi ingin mendekat. Ketiga MATANYA RUSAK adalah sebuah ancaman. Kalimat yang sangat tidak efektif, lebih baik diberi tindakan ditempelkan lakbandi lantai batas mana yang pas untuk menonton tivi.

Tentunya banyak contoh hal agar bisa mengarahkan anak yang STRONG WILLED, atau berkemauan kuat agar bisa diatur. Anak berkemauan kuat banyak di jaman sekarang, cenderung untuk menolak aturan dan itu NORMAL. Perlu pandai-pandai orang tuanya mengarahkan saja. Termasuk selalu berusaha menggunakan nada rendah. Juga jangan selalu menuruti maunya anak, apalagi menyuap, tindakan yang sekiranya tidak sesuai aturan orang tua diberi konsekuensi misalnya tidak boleh menonton TV. Orang tua yang mengarahkan anak, bukan anak yang mengatur orang tua maunya ini itu selalu dituruti.

Mendengarkan semua ini buatku, wah 50 persen nangkep sudah bagus, menerapkan 20 persen sudah peningkatan. Bener-bener gak mudah. Sangat menghargai orang tua, lebih baik ibu dan bapaknya juga untuk mempelajari hal ini. Karena mendidik anak adalah tanggung jawab orangtua berdua, kalo anak bermasalah jangan saling menyalahkan.

Weiiiiits, ternyata aku sendiri banyak menggunakan kata jangan ya. Kalo bahasa Jawa jangan itu artinya sayur, jangan bayem, jangan lodeh, yang ini jangan yang itu sambel (tamu yang gak ngerti akhirnya makannya nasi sama sambel doang kirain sayurnya gak boleh dimakan :D).

Berusaha selalu mengontrol diri terhadap emosi, melatih kesabaran, akan mencapai hasil yang lebih baik. Semoga bermanfaat...

23 comments:

Odol dari surga (forwarded email)

January 22, 2012 Amy 4 Comments

ditulis oleh Made Teddy Artiana


(tak pernah menyangka tulisan 'iseng' ini begitu banyak di 'copaz' dan melanglang buana di dunia maya hingga hari ini)

Cerita menggelikan ini kudengar ketika duduk di bangku SMA dulu. Cerita yang akhirnya membekas begitu dalam di relung-relung hati. Meskipun agak naif, namun buatku bermakna sangat dalam.

Kisah nyata dari seseorang yang dalam episode hidupnya sempat ia lewati dalam penjara. Bermula dari hal yang sepele. Lelaki itu kehabisan odol di penjara. Malam itu adalah malam terakhir bagi odol di ujung sikat giginya. Tidak ada sedikitpun odol yang tersisa untuk esok hari. Dan ini jelas-jelas sangat menyebalkan. Sebenarnya bukan itu inti permasalahannya. Istri yang telat berkunjung, anak-anak yang melupakannya dan diabaikan oleh para sahabat, akhirnya odolpun muncul menjadi kambing hitam yang sangat menjengkelkan.

Sekonyong-konyong lelaki itu merasa sendirian, bahkan lebih dari itu : terbuang, tidak berharga ! Tertutup bayangan hitam yang kian membesar dan menelan dirinya itu, tiba-tiba saja pikiran iseng muncul…

Bagaimana jika ia meminta odol pada TUHAN ?

Berdoa untuk sebuah kesembuhan, sudah berkali-kali kita dengar mendapatkan jawaban dari-NYA . Meminta dibukakan jalan keluar dari setumpuk permasalahanpun bukan suatu yang asing bagi kita. Begitu pula dengan doa-doa kepada orang tua yang telah berpulang, terdengar sangat gagah untuk diucapkan. Tetapi meminta odol kepada Sang Pencipta jutaan bintang gemintang dan ribuan galaksi…? Tentunya harus dipikirkan berulang-ulang kali sebelum diutarakan. Sepertinya menjadi sesuatu yang sepele dan mungkin tidak pada tempatnya.

Tetapi apa daya, tidak punya odol untuk esok hari –entah sampai berapa hari- menjengkelkan hatinya amat sangat. Tidak penting bagi orang lain, tetapi sangat penting bagi dirinya.

Dengan tekad bulat dan hati yang dikuat-kuatkan dari rasa malu, lelaki itu memutuskan untuk mengucapkan doa yang ia sendiri anggap gila itu. Ia berdiri ragu-ragu dipojok ruangan sel penjara, dalam temaram cahaya, berharap tidak akan ada orang yang mengamati apa yang ia lakukan. Dengan cepat, bibirnya berbisik : “TUHAN, Kau mengetahuinya aku sangat membutuhkan benda itu”.


Doa selesai.


Wajah lelaki itu tampak memerah. Terlalu malu bibirnya mengucapkan kata amin. Dan peristiwa itu berlalu demikian sambil lalu, hingga lebih mirip dengan seseorang yang berludah ditempat tersembunyi. Atau seseorang yang melemparkan puntung rokok keselokan.

Tetapi walaupun demikian ia tidak dapat begitu saja melupakan insiden tersebut. Sore hari diucapkan, permintaan itu menggelisahkannya hingga malam menjelang tidur. Astaga betapa bodohnya aku! Bathin laki-laki itu berkali-kali, seakan menyesali eksperimen yang telah ia buat. Akhirnya, lelaki itu –walau dengan bersusah payah- mampu melupakan doa sekaligus odolnya itu.

Tepat tengah malam, ia terjaga oleh sebuah keributan besar dikamar selnya.

“Saya tidak bersalah Pak…Saya tidak bersalaahh!!!”, teriak seorang dalam kegelapan.

Seorang laki-laki bertubuh tambun didorong-dorong melewati gang antar sel. Iring-iringan itu berhenti persis didepan kamarnya.

”Demi TUHAN Pak !!! Saya tidak salah !!! Tolong Pak…Saya jangan dimasukin kesini Pak..!!!”

Petugas berwajah sangar itu tampak tidak terlalu peduli. Membuka kunci sel, lalu mendorong laki-laki tambun masuk. Sejenak ruangan penjara itu gaduh oleh teriakan ketakutan dari ‘tamu baru’ itu.

“Diam !!”, bentak sang petugas,”Semua orang yang masuk keruangan penjara selalu meneriakkan hal yang sama !! Jangan harap kami bisa tertipu !!!!”

“Tapi Pak…Sssa..sa..” , ujar laki-laki gemuk itu banjir air mata.

Brrrraaaaang !!!!

Pintu kamar itu pun dikunci dengan kasar. Petugas itu meninggalkan lelaki gemuk dan buntalan besarnya itu yang masih menangis ketakutan. Karena iba, lelaki penghuni penjara itupun menghampiri teman barunya. Menghibur sebisanya dan menenangkan hati lelaki gemuk itu. Akhirnya tangisan mereda, dan karena lelah dan rasa kantuk mereka berdua pun kembali tertidur pulas.

Pagi harinya, lelaki penghuni penjara itu terbangun karena kaget. Kali ini karena bunyi tiang besi yang sengaja dibunyikan oleh petugas. Ia terbangun dan menemukan dirinyanya berada sendirian dalam sel penjara. Lho mana Si Gemuk, pikirnya. Apa tadi malam aku bemimpi ? Ah masa iya, mimpi itu begitu nyata ?? Aku yakin ia disini tadi malam.

“Dia bilang itu buat kamu !!”, kata petugas sambil menunjuk ke buntalan tas dipojok ruangan.

Lelaki itu segera menoleh dan segera menemukan benda yang dimaksudkan oleh petugas. Serta merta ia tahu bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.

“Sekarang dia dimana Pak ?”, tanyanya heran.

“Ooh..dia sudah kami bebaskan, dini hari tadi…biasa salah tangkap !”, jawab petugas itu enteng, ”saking senangnya orang itu bilang tas dan segala isinya itu buat kamu”.

Petugas pun ngeloyor pergi.

Lelaki itu masih ternganga beberapa saat, lalu segera berlari kepojok ruangan sekedar ingin memeriksa tas yang ditinggalkan Si Gemuk untuknya.

Tiba-tiba saja lututnya terasa lemas. Tak sanggup ia berdiri.

“Ya..TUHAAANNN !!!!”, laki-laki itu mengerang. "Yaaaa..TUHAAAAAAAAAAAANNNNNN kuuu......!!!"

Ia tersungkur dipojok ruangan, dengan tangan gemetar berkilat oleh keringat. Sementara wajah kuyu itu basah oleh air mata. Bromocorah itu bersujud disana, menggigil dalam kegelapan, sambil menangis tersedu-sedu. Tepat disampingnya, tergeletak tas yang tampak terbuka dan beberapa isinya berhamburan keluar. Dan tampaklah lima kotak odol, sebuah sikat gigi baru, dua buah sabun mandi, tiga botol sampo, dan beberapa helai pakaian sehari-hari. Semuanya dalam keadaan baru!

Kisah tersebut kisah nyata. Sungguh-sungguh pernah terjadi. Dan aku mendengarnya langsung dari orang yang mengalami hal itu.

Semoga semua ini dapat menjadi tambahan bekal ketika kita meneruskan berjalan menempuh kehidupan kita masing-masing. Jadi suatu ketika, saat kita merasa jalan dihadapan kita seolah terputus. Sementara harapan seakan menguap diganti deru ketakutan, kebimbangan dan putus asa.

Pada saat seperti itu ada baiknya kita mengingat sungguh-sungguh bahkan Odol pun akan dikirimkan oleh Surga bagi siapapun yang membutuhkannya. Apalagi jika kita meminta sesuatu yang mulia. Sesuatu yang memuliakan harkat manusia dan IA yang menciptakan mereka.

Seperti kata seorang bijak dalam sebuah buku : “Seandainya saja engkau mengetahui betapa dirimu dicintai-NYA, hati mu akan berpesta pora setiap saat”.

*** Abuna, betapa aku bersyukur TUHAN membuat kau pernah mengalami itu ***


warm regards,

Made Teddy Artiana, S. Kom
penulis novel "BALADA 13 PEMBANTU RUMAH TANGGA (yang pernah bekerja di rumah kami)"
(sudah tersedia di seluruh cabang Gramedia)

4 comments: