Pendekar aliran putih yang tidak takut menyampaikan kebenaran

December 18, 2011 Amy 10 Comments

Kalimat ini aku dengar dari direktur yayasan sekolah tempat aku bernaung, bu Nanis namanya. Pengalaman hidupnya yang pernah menjadi sekretaris pak Amien Rais saat menjelang reformasi telah menjadikan beliau ini berwawasan luas dalam memahami nilai-nilai kehidupan.

Hubunganku dengan bu Nanis sudah seperti adik dan kakak, soalnya kantor waktu pak Amien masih suka menulis mengkritik tentang kebijakan pemerintah sebelum reformasi satu pekarangan dengan rumahku. Bu Nanis menceritakan tentang bagaimana visi seorang pak Amien Rais yang telah melewati berbagai teror sebelum sampai pada posisinya sekarang. Senjata pak Amien Rais adalah pena. Beliau mengkritik kebijaksanaan pemerintah sebelum reformasi. Di balik masyarakat yang sepertinya diam karena bahan pangan murah, sebetulnya Indonesia terikat hutang luar negeri yang sangat besar. Dan uang pinjaman tidak seluruhnya untuk kesejahteraan rakyat, banyak yang diselewengkan untuk memakmurkan pejabat yang sebetulnya sudah makmur. Belum lagi untuk digunakan proyek-proyek fiktif yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Pak Amien pernah mau ditangkap oleh pemerintah saat itu, tapi anehnya yang mau menangkap malah mendatangi pak Amien dan bercerita tidak tega untuk menangkap beliau. Entah akhirnya bagaimana, tapi yang bertugas menangkap pak Amien pasti akhirnya mempunyai strategi untuk menyelamatkan dirinya sendiri karena telah ingkar melaksanakan tugas. Yang namanya strategi untuk melumpuhkan seseorang yang membahayakan pejabat bisa begitu seramnya, misalnya kita lihat Antasari Azhar yang masuk penjara karena dituduh membunuh seorang pengusaha. Padahal banyak yang menuliskan mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ini hanyalah difitnah saja.

Bu Amien juga seorang pemberani, saat suami berada dalam kondisi terancam, memutuskan untuk menjual mobil dan berdagang. Saat itu putra putrinya masih sekolah semua, bu Amien menyatakan kesanggupannya akan mendukung dan membantu pak Amien secara total termasuk menambah pemasukan.

Awal perjuangan dari seorang pendekar aliran putih menurut bu Nanis, memang penuh dengan teror dan penolakan. Kebanyakan orang cari jalan aman. Bila ada konflik, memilih diam tidak mau mengambil resiko. Dan hanya manusia-manusia terpilih yang berani berjuang melawan apapun untuk menyampaikan kebenaran.

Semua perjuangan tidak akan pernah sia-sia. Semua juga tergantung bakat dan kemampuan masing-masing. Karena aku bukan orang di bidang politik, hanyalah penulis amatir, sedang belajar tentang Islam, maka pemahaman Islam yang aku tulis di blog ini. Semua niat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk berjuang demi kebaikan Insya Allah akhirnya akan dibukakan jalan, pada satu titik tertentu akan tinggal memungut hasilnya.

Blog ini lebih banyak dikunjungi orang lewat search Google dibandingkan dari blogwalking. Tentunya yang membaca ada yang cocok atau enggak dengan tulisannya. Kenyataannya memang pembahasan agama tidak begitu populer dibandingkan tulisan tentang lelucon, fiksi ataupun kebijaksanaan universal dengan kalimat indah.

Semua yang aku pelajari aku coba tuang di blog ini dengan bentuk tulisan dengan kalimat pas-pasan, amatiran, gak ada indah-indahnya. Biarlah… kadang aku membahas beberapa blogger yang masuk dalam mimpi-mimpiku. Aku bukannya benci pada mereka, aku hanya sekedar mengingatkan saja. Tapi toh aku tidak bisa memaksa.

Menjadi seorang pendidik atau guru juga merupakan pendekar. Pendekar pendidikan tentu saja. Karena ilmu menurut Islam adalah termasuk salah satu kunci untuk meraih surga, akan terus berkelanjutan. Saat manusia meninggal maka akan terputus semua amalannya kecuali amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak sholeh.

Semua ilmu yang kita miliki bisa jadi ladang pahala apabila kita mengamalkan secara ikhlas lilahita’ala, berdedikasi tinggi demi kebaikan untuk sesama…

10 comments: